Farmakokinetik atau kinetika obat
adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh terhadap obat.
Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses absorpsi (A), distribusi (D),
metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau biotransformasi dan
ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan proses eliminasi obat.
Farmakodinamik adalah subdisiplin
farmakologi yang mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi obat, serta
mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari farmakodinamik adalah untuk meneliti
efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan
peristiwa serta spektrum efek dan respons yang terjadi.
1.1 Absorpsi
Absorpsi merupakan proses masuknya obat
dari tempat pemberian ke dalam darah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat
pemberian obat adalah saluran cerna (mulut sampai rektum), kulit, paru, otot,
dan lain-lain. Yang terpenting adalah cara pemberian obat per oral, dengan cara
ini tempat absorpsi utama adalah usus halus karena memiliki permukaan absorpsi
yang sangat luas, yakni 200 meter persegi (panjang 280 cm, diameter 4 cm,
disertai dengan vili dan mikrovili ) .
Absorpsi obat meliputi proses obat dari
saat dimasukkan ke dalam tubuh, melalui jalurnya hingga masuk ke dalam
sirkulasi sistemik.
Pada level
seluler, obat diabsorpsi melalui beberapa metode, terutama transport aktif dan
transport pasif.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglG3r8S4bV4dST3olP-wlJKvkUnEaDFGI-QUQ0_h9EEKvfcd3DvdnGfmnLeUpASEXi3b6Ph7nknL59NAA-4nKSyR5UR97g2KhUtsoazlw-Juw3i2nQ1dFaJQbzsN1srtb5bEeYNwAopyvL/s1600/image-2.jpg)
a.
Metode
absorpsi
-
Transport
pasif
Transport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan proses
difusi obat dapat berpindah dari daerah dengan kadar konsentrasi tinggi ke
daerah dengan konsentrasi rendah. Transport aktif terjadi selama
molekul-molekul kecil dapat berdifusi sepanjang membrane dan berhenti bila
konsentrasi pada kedua sisi membrane seimbang.
-
Transport
Aktif
Transport aktif membutuhkan energy untuk menggerakkan obat dari
daerah dengan konsentrasi obat rendah ke daerah dengan konsentrasi obat tinggi
b.
Kecepatan
Absorpsi
Apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sitemik hanya
sedikit sel. Absorpsi terjadi cepat dan obat segera mencapai level pengobatan
dalam tubuh.
-
Detik
s/d menit: SL, IV, inhalasi
-
Lebih
lambat: oral, IM, topical kulit, lapisan intestinal, otot
-
Lambat
sekali, berjam-jam / berhari-hari: per rektal/ sustained frelease.
c.
Faktor
yang mempengaruhi penyerapan
1.
Aliran
darah ke tempat absorpsi
2.
Total
luas permukaan yang tersedia sebagai tempat absorpsi
3.
Waktu
kontak permukaan absorpsi
d.
Kecepatan
Absorpsi
1.
Diperlambat
oleh nyeri dan stress
Nyeri dan stress mengurangi aliran darah, mengurangi pergerakan
saluran cerna, retensi gaster
2.
Makanan
tinggi lemak
Makanan tinggi lemak dan padat akan menghambat pengosongan lambung
dan memperlambat waktu absorpsi obat
3.
Faktor
bentuk obat
Absorpsi dipengaruhi formulasi obat: tablet, kapsul, cairan,
sustained release, dll)
4.
Kombinasi
dengan obat lain
Interaksi satu obat dengan obat lain dapat meningkatkan atau
memperlambat tergantung jenis obat
Obat yang diserap oleh usus halus ditransport ke
hepar sebelum beredar ke seluruh tubuh. Hepar memetabolisme banyak obat sebelum
masuk ke sirkulasi. Hal ini yang disebut dengan efek first-pass. Metabolisme
hepar dapat menyebabkan obat menjadi inaktif sehingga menurunkan jumlah obat
yang sampai ke sirkulasi sistemik, jadi dosis obat yang diberikan harus banyak.
1.2 Distribusi
Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari
sirkulasi sistemik ke jaringan dan cairan tubuh.
Distribusi obat yang telah diabsorpsi tergantung beberapa
faktor:
a.
Aliran darah
Setelah obat sampai ke aliran darah, segera terdistribusi
ke organ
berdasarkan
jumlah aliran darahnya. Organ dengan aliran darah terbesar adalah Jantung, Hepar, Ginjal. Sedangkan distribusi ke
organ lain seperti
kulit, lemak
dan otot lebih lambat
b. Permeabilitas kapiler
Tergantung pada struktur kapiler dan struktur obat
c. Ikatan protein
Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan protein
dapat terikat atau bebas. Obat yang terikat protein tidak aktif dan tidak dapat
bekerja. Hanya obat bebas yang dapat memberikan efek. Obat dikatakan berikatan
protein tinggi bila >80% obat terikat protein
1.3 Metabolisme
Metabolisme/biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah
komposisi obat sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar
tubuh.
Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:
a. Menjadi metabolit
inaktif kemudian diekskresikan;
b. Menjadi metabolit aktif,
memiliki kerja farmakologi tersendiri dfan bisa dimetabolisme lanjutan.
Beberapa obat diberikan dalam bentuk tidak aktif kemudian setelah
dimetabolisme baru menjadi aktif (prodrugs).
Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di
membran endoplasmic reticulum (mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme
yang lain (ekstrahepatik) adalah : dinding usus, ginjal, paru, darah, otak,
dan kulit, juga di lumen kolon (oleh flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang
nonpolar (larut lemak) menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui
ginjal atau empedu. Dengan perubahan ini obat aktif umunya diubah menjadi
inaktif, tapi sebagian berubah menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau
menjadi toksik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme:
1. Kondisi Khusus
Beberapa penyakit tertentu dapat mengurangi metabolisme, al.
penyakit hepar seperti sirosis.
2. Pengaruh Gen
Perbedaan gen individual menyebabkan beberapa orang dapat
memetabolisme obat dengan cepat, sementara yang lain lambat.
3. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi metabolisme, contohnya: Rokok,
Keadaan stress, Penyakit lama, Operasi, Cedera
4. Usia
Perubahan umur dapat mempengaruhi metabolisme, bayi vs dewasa vs
orang tua.
1.4 Ekskresi
Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh.
Sebagian besar obat dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat
jugadapat dibuang melalui paru-paru, eksokrin (keringat, ludah, payudara),
kulit dan taraktusintestinal.
Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat
diekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya.
Ekskresi dalam bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan cara eliminasi obat
melui ginjal. Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3 proses, yakni filtrasi
glomerulus, sekresi aktif di tubulus. Fungsi ginjal mengalami kematangan pada
usia 6-12 bulan, dan setelah dewasa menurun 1% per tahun. Ekskresi obat yang
kedua penting adalah melalui empedu ke dalam usus dan keluar bersama feses.
Ekskresi melalui paru terutama untuk eliminasi gas anastetik umum .
Hal-hal
lain terkait Farmakokinetik:
a. Waktu Paruh
Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari
obat dibuang dari tubuh. Faktor yang mempengaruhi waktu paruh adalah absorpsi,
metabolism dan ekskresi.
Waktu paruh penting diketahui untuk menetapkan berapa sering obat
harus diberikan.
b. Onset, puncak, and
durasi
Onset adalah Waktu dari saat obat diberikan hingga obat terasa
kerjanya. Sangat tergantung rute pemberian dan farmakokinetik obat
Puncak, Setelah tubuh menyerap semakin banyak obat maka
konsentrasinya di dalam tubuh semakin meningkat, Namun konsentrasi puncak~
puncak respon
Durasi, Durasi kerja adalah lama obat menghasilkan suatu efek
terapi
Aplikasi
Farmakokinetika:
1. Bidang farmakologi
Farmakokinetika dapat
menerangkan mekanisme kerja suatu obat dalam tubuh, khususnya untuk mengetahui
senyawa yang mana yang sebenarnya bekerja dalam tubuh; apakah senyawa asalnya,
metabolitnya atau kedua-duanya. Data kinetika obat dalam tubuh sangat penting
untuk menentukan hubungan antara kadar/jumlah obat dalam tubuh dengan
intensitas efek yang ditimbulkannya. Dengan demikian daerah kerja efektif obat (therapeutic
window) dapat ditentukan.
2. Bidang farmasi klinik
a)
Untuk memilih route pemberian obat yang paling tepat.
b)
Dengan cara identifikasi farmakokinetika dapat dihitung aturan dosis yang tepat
untuk setiap individu (dosage regimen individualization).
c)
Data farmakokiketika suatu obat diperlukan dalam penyusunan aturan dosis yang
rasional.
d)
Dapat membantu menerangkan mekanisme interaksi obat, baik antara obat dengan
obat maupun antara obat dengan makanan atau minuman.
3. Bidang toksikologi
Farmakokinetika dapat membantu
menemukan sebab-sebab terjadinya efek toksik dari pemakaian suatu obat.
2. Farmakodinamik
Farmakodinamik adalah subdisiplin farmakologi yang
mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya.
Tujuan mempelajari farmakodinamik adalah untuk meneliti efek utama obat,
mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta
spektrum efek dan respons yang terjadi .
2.2 Mekanisme Kerja Obat
kebanyakan
obat menimbulkan efek melalui interaksi dengan reseptornya pada sel organism.
Interaksi obat dengan reseptornya dapat menimbulkan perubahan dan biokimiawi
yang merupakan respon khas dari obat tersebut. Obat yang efeknya menyerupai
senyawa endogen di sebut agonis, obat yang tidak mempunyai aktifitas intrinsic
sehingga menimbulkan efek dengan menghambat kerja suatu agonis disebut
antagonis.
2.3 Reseptor Obat
protein
merupakan reseptor obat yang paling penting. Asam nukleat juga dapat merupakan
reseptor obat yang penting, misalnya untuk sitotastik. Ikatan obat-reseptor
dapat berupa ikatan ion, hydrogen, hidrofobik, vanderwalls, atau kovalen.
Perubahan kecil dalam molekul obat, misalnya perubahan stereoisomer dapat
menimbulkan perubahan besar dalam sifat farmakologinya.
2.4 Transmisi Sinyal Biologis
penghantaran
sinyal biologis adalah proses yang menyebabkan suatu substansi ekstraseluler
yang menimbulkan respon seluler fisiologis yang spesifik. Reseptor yang
terdapat di permukaan sel terdiri atas reseptor dalam bentuk enzim. Reseptor
tidak hanya berfungsi dalam pengaturan fisiologis dan biokimia, tetapi juga
diatur atau dipengaruhi oleh mekanisme homeostatic lain. Bila suatu sel di
rangsang oleh agonisnya secara terus-menerus maka akan terjadi desentisasi yang
menyebabkan efek perangsangan.
2.5 Interaksi Obat-Reseptor
ikatan
antara obat dengan resptor biasanya terdiri dari berbagai ikatan lemah (ikatan
ion, hydrogen, hidrofilik, van der Waals), mirip ikatan antara subtract dengan
enzim, jarang terjadi ikatan kovalen.
2.6 Antagonisme Farmakodinamik
a. Antagonis fisiologik
Terjadi pada organ yang sama tetapi pada sistem reseptor
yang berlainan.
b. Antagonisme pada reseptor
Obat yang menduduki reseptor yang sama tetapi tidak mampu
menimbulkan efek farmakologi secara instrinsik
2.7 Kerja Obat Yang Tidak
Diperantarai Reseptor
a.
Efek
Nonspesifik Dan Gangguan Pada Membran
b.
Perubahan sifat osmotic
c.
Diuretic
osmotic (urea, manitol), misalnya, meningkatkan osmolaritas filtrate glomerulus
sehingga mengurangi reabsorpsi air di tubuli ginjal dengan akibat terjadi efek
diuretic
d.
Perubahan
sifat asam/basa
Kerja ini diperlihatkan oleh oleh antacid dalam menetralkan asam
lambung.
e.
Kerusakan
nonspesifik
Zat perusak nonspesifik digunakan sebagai antiseptik dan
disinfektan, dan kontrasepsi.contohnya, detergen merusak intregitas membrane
lipoprotein.
f.
Gangguan
fungsi membrane
Anestetik umum yang mudah menguap misalnya eter,, halotan,
enfluran, dan metoksifluran bekerja dengan melarut dalam lemak membrane sel di
SSP sehingga eksitabilitasnya menurun.
g.
Interaksi
Dengan Molekul Kecil Atau Ion
Kerja ini diperlihatkan oleh kelator (chelating agents) misalnya
CaNa2 EDTA yang mengikat Pb2+ bebas menjadi kelat yang inaktif pada keracunan
Pb.
h.
Masuk
ke dalam komponen sel
Obat yang merupakan analog puri atau pirimidin dapat berinkoporasi ke dalam
asam nukleat sehingga mengganggu fungsinya. Obat yang bekerja
seperti ini disebut antimetabolit misalnya 6-merkaptopurin atau anti
mikroba lain.
Gan, obat yang tidak sesuai dengan kadar konsentrasi nya dampak yang di alami sang pengguna apa saja gan?
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteyg jelas pasti ada efeknya...seperti mual pusing dan tergantung jenis obat yg di konsumsi...karna sepengetahuan saya setiap obat ada yg berbeda" efek samping setiap ...thx.
ReplyDeleteoke gan, makasih banget info nya
ReplyDelete